Powered By Blogger

Senin, 28 Februari 2011

PLATO DAN ARISTOTELES

1.  Filosofi Plato
Plato adalah seorang filofof dari Athena dalam menuangkan karya-karya filosofisnya diwujudkan melalui bentuk dialog. Dikotomi tentang hakikat bahasa” fisei” dan nomos” tertuang dalam dialog cratylus dan hermogenes. Hubungan antara symbol dengan objeknya haruslah natural tidak semata-semata konvensional. Tanpa hubungan natural seperti itu. Dalam persoalan inilah Plato mengemukakan doktrin-doktrinnya yang disebut “ Onomatopoeia” (cassier, 1987:171) dalam[3]. Filsafat bahasa plato inilah yang mampu menjembatani jurang antara nama-nama dengan benda-benda. Ulasan plato terhadap teori yang mengatakan bahwa semua bahasa berasal dari peniruan bunyi-bunyi berakhir dengan ejaan dan karikatur[4]. Sebagaimana Socrates, ia mengunakan metode dialog untuk mengantarkan filsafatnya. Namun, kebenaran umum (defenisi) menurutnya bukan dibuat dengan cara dialog yang induktif sebagaimana cara yang digunakan Socrates. Pengertian umum (defenisi) menurut Plato sudah tersedia disana di alam idea. Menurut pemikiran falsafahnya, dunia lahir adalah dunia pengalaman yang selalu berubah-ubah dan berwarna warni. Semua itu adalah bayangan dari dunia idea. Sebagai bayangan hakikatnya hanyalah tiruan dari yang asli, yaitu idea. Olehnya itu, dunia pengalaman ini berubah-ubah dan bermacam-macam, sebab hanyalah merupakan tiruan yang tidak sempurna dari idea yang sifatnya bagi dunia pengalaman. (Ahmad Syadali 2004:70 dalam [5]).
Keadaan idea bertingkat-tingkat. Tingkat idea yang tertinggi adalah idea kebaikan, dibawahnya idea jiwa dunia, yang mengerakan dunia berikutnya idea keindahan yang menimbulkan seni, ilmu pendidikan, politik. Dengan demikian , jelaslah bahwa kebenaran umum itu memang sudah ada, bukan dibuat melainkan sudah ada didalam idea. Manusia dulu berada di dunia idea bersama-sama dengan idea-idea lainnya dan menenalinya. Manusia di dunia nyata ini jiwanya terkurung oleh tubuh sehingga kurang ingat lagi hal-hal yang dulu pernah dikenalinya di dunia idea. Dengan kepekaan inderanya, terkadang hal-hal yang empiris menjadikan ia teringat kembali yang pernah dikenalnya dulu di dunia idea. Dengan kata lain , pengertian manusia yang membentuk pengetahuan tidak lain adalah ingatan apa yang pernah dikenalinya atau mengerti karena ingat[6].
Sebagai konsep dari pandangannya tentang dunia idea, dalam masalah etika, ia berpendapat bahwa orang yang berpengetahuan dengan pengertian yang bermacam-macam sampai pengertian tentang ideanya. Dengan sendirinya akan berbuat baik. Budi adalah tahu, siapa yang tahu akan yang baik, cinta kepada idea menuju kepada yang baik, siapa yang hidup dalam dunia idea tidak akan berbuat jahat. (Ahmad Syadali 2004:70 dalam [7]). Hal yang penting juga untuk diketahui dari filsafat plato adalah pemikiran tentang Negara. Menurutnya dalam tiap-tiap Negara segala golongan dan semua orang adlah alat semata-mata untuk kesejahteraan semuanya. Kesejahteraan semuanya itulah yang menjadi tujuan yang sebernarnya. Disamping itu menurut plato dalam syadali 2004:72 mengatakan bahwa suatu bangsa tidak akan kuat, kalau ia tidak percaya kepada tuhan. Seni yang memurnikan jiwa dan perasaan tertuju kepada yang baik dan yang indah, diutamakan mengerjakanya. Pendidikan ini tidak saja menyempurnakan pandangan agama, tetapi juga mendidik dalam jiwa pemuda tentang berkorban, kesedihan, keberanian menantang maut dari umur 18 samapai 20 tahun pemuda mendapat didikan militer.
Dialog dari periode tengah dan kemudian hidup Plato mencerminkan perkembangan filosofisnya sendiri. Ide-ide dalam karya-karya tersebut disebabkan oleh kebanyakan ahli untuk Plato sendiri, meskipun Socrates terus menjadi tokoh utama dalam banyak dialog. Tulisan-tulisan dari jangka menengah termasuk Gorgias (pertimbangan beberapa pertanyaan etika), Meno (diskusi tentang sifat pengetahuan), yang Apologi (pembelaan Socrates ‘dirinya sendiri di pengadilan melawan tuduhan ateisme dan pemuda Athena merusak), Krito (Socrates ‘pertahanan ketaatan pada hukum negara), Phaedo (adegan kematian Socrates, di mana ia membahas teori Formulir, sifat jiwa, dan pertanyaan keabadian), Simposium (Plato beredar prestasi dramatis, yang berisi beberapa pidato keindahan dan cinta), Republik (prestasi tertinggi filsafat Plato, yang merupakan suatu diskusi yang terperinci tentang sifat keadilan). Karya-karya periode berikutnya termasuk Theaetetus (penyangkalan bahwa pengetahuan adalah untuk diidentifikasi dengan persepsi akal), Parmenides (evaluasi kritis teori Formulir), Sofis (pertimbangan lebih lanjut dari teori Ide, atau Formulir), Philebus(sebuah diskusi tentang hubungan antara kesenangan dan kebaikan), Timaeus (Plato pandangan tentang ilmu pengetahuan alam dan kosmologi), dan Hukum (analisis yang lebih praktis isu-isu politik dan sosial).[8]
Teori Bentuk
Di jantung filsafat Plato adalah teori Formulir, atau Gagasan. Pada akhirnya, pandangannya pengetahuan, teori etisnya, psikologi nya, konsep tentang negara, dan perspektif tentang seni harus dipahami dari segi teori ini.
Teori Pengetahuan
teori Plato tentang Bentuk dan teori pengetahuan begitu saling terkait yang mereka harus didiskusikan bersama. Dipengaruhi oleh Socrates, Plato yakin bahwa pengetahuan dapat dicapai. Dia juga yakin dari dua karakteristik penting dari pengetahuan. Pertama, pengetahuan harus yakin dan sempurna. Kedua, pengetahuan harus memiliki sebagai objek perusahaan yang  benar-benar nyata sebagai kontras dengan apa yang penampilan saja. Karena yang sepenuhnya nyata harus, untuk Plato, akan tetap, permanen, dan tidak berubah, ia mengidentifikasi nyata dengan dunia ideal yang yang bertentangan dengan dunia fisik menjadi. Salah satu konsekuensi dari pandangan ini adalah penolakan Plato Kelompok empirisme, klaim bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman akal. Dia berpikir bahwa proposisi berasal dari pengalaman rasa memiliki, paling tidak, tingkat probabilitas. Mereka tidak tertentu. Selain itu, obyek-obyek pengalaman akal adalah fenomena berubah dari dunia fisik. Oleh karena itu, obyek-obyek pengalaman rasa bukan obyek yang tepat pengetahuan.[9]
Teori Plato sendiri pengetahuan ditemukan di Republik, terutama dalam diskusi tentang citra garis dibagi dan mitos gua. Pada yang pertama, Plato membedakan antara dua tingkat kesadaran: opini dan pengetahuan. Klaim atau pernyataan tentang dunia fisik atau terlihat, termasuk pengamatan akal sehat dan proposisi ilmu pengetahuan, beberapa pendapat saja. Beberapa pendapat baik didirikan; ada juga yang tidak, tetapi tidak satupun dari mereka menghitung pengetahuan sebagai asli.Semakin tinggi tingkat kesadaran adalah pengetahuan, karena ada alasan, bukan pengalaman akal, yang terlibat. Alasan, benar digunakan, menghasilkan wawasan intelektual yang tertentu, dan objek dari wawasan rasional adalah universal tinggal, Bentuk-bentuk abadi atau zat yang merupakan dunia nyata.
Mitos gua menggambarkan individu dirantai jauh di dalam relung gua. Bound sehingga visi dibatasi, mereka tidak bisa melihat satu sama lain. Satu-satunya hal yang terlihat adalah dinding gua di atas yang muncul bayangan dilemparkan oleh model atau patung binatang dan benda-benda yang berlalu sebelum api menyala terang. Breaking bebas, salah satu orang lolos dari gua ke dalam terang hari.Dengan bantuan matahari, orang yang melihat untuk pertama kalinya di dunia nyata dan kembali ke gua dengan pesan bahwa hal-hal saja mereka telah melihat sebelum ini adalah bayangan dan penampilan dan bahwa dunia nyata menanti mereka jika mereka bersedia berjuang bebas dari ikatan mereka. Lingkungan bayangan gua melambangkan bagi Plato dunia fisik penampilan. Melarikan diri ke pengaturan matahari penuh di luar gua melambangkan transisi ke dunia nyata, dunia penuh dan sempurna dunia, dari Formulir, yang merupakan objek yang tepat pengetahuan[10]
Sifat Formulir
Teori Formulir terbaik dapat dipahami dalam hal entitas matematika. lingkaran A, misalnya, didefinisikan sebagai sosok pesawat terdiri dari serangkaian titik, yang semuanya berjarak sama dari suatu titik tertentu. Tidak seorangpun yang pernah benar-benar melihat seperti angka, namun.Apa yang orang benar-benar melihat digambar angka perkiraan yang lebih dekat atau kurang dari lingkaran ideal. Bahkan, ketika matematikawan mendefinisikan lingkaran, poin yang dimaksud adalah tidak poin spasial sama sekali, mereka poin logis. Mereka tidak menempati ruang. Namun demikian, meskipun Bentuk lingkaran tidak pernah terlihat-bahkan, tidak pernah bisa dilihat-matematika dan lain-lain pada kenyataannya tahu apa lingkaran adalah. Bahwa mereka dapat mendefinisikan lingkaran adalah bukti bahwa mereka tahu apa itu. Untuk Plato, oleh karena itu, Formulir “bundar” ada, tapi tidak dalam dunia fisik ruang dan waktu. Ini ada sebagai objek berubah di dunia Formulir atau Ide, yang dapat diketahui hanya oleh akal.Formulir memiliki realitas lebih besar dari benda-benda di dunia fisik baik karena kesempurnaan dan stabilitas dan karena mereka model, kemiripan dengan yang memberikan benda-benda fisik biasa apa kenyataan yang mereka miliki. Bundar, lurus, dan triangularity adalah contoh yang sangat baik, kemudian, Plato apa yang dimaksud dengan Formulir. Sebuah objek yang ada di dunia fisik bisa disebut lingkaran atau persegi atau segitiga hanya sejauh yang menyerupai (“berpartisipasi dalam” adalah ungkapan Plato) Formulir “bundar” atau “kuadrat” atau “triangularity.”[11]
Plato diperpanjang teorinya di luar bidang matematika. Memang, ia sangat tertarik pada aplikasi dalam bidang etika sosial. Teori ini caranya menjelaskan bagaimana istilah universal yang sama dapat merujuk hal-hal tertentu begitu banyak atau peristiwa. Kata keadilan, misalnya, dapat diterapkan untuk ratusan tindakan tertentu karena tindakan memiliki sesuatu yang sama, yaitu, kemiripan mereka, atau partisipasi dalam, Formulir “keadilan.” Adalah Seorang individu manusia untuk sejauh bahwa ia menyerupai atau berpartisipasi dalam Formulir Jika “kemanusiaan” didefinisikan dalam hal menjadi hewan rasional, maka seorang individu manusia untuk sejauh bahwa ia rasional “kemanusiaan.”. Sebuah tindakan tertentu adalah berani atau pengecut sejauh yang berpartisipasi dalam Form nya. Sebuah objek yang indah sejauh yang berpartisipasi dalam Ide, atau Formulir, keindahan. Segala sesuatu di dunia ruang dan waktu adalah apa itu berdasarkan kemiripannya dengan, atau partisipasi dalam, Formulir universal. Kemampuan untuk mendefinisikan istilah universal adalah bukti bahwa seseorang telah menangkap Formulir mana yang universal mengacu.
Plato dipahami Bentuk-bentuk yang diatur hirarki; Formulir tertinggi adalah Formulir yang Baik, yang, seperti matahari dalam mitos gua, menerangi semua Ide lain. Ada rasa di mana Bentuk Baik merupakan gerakan Plato ke arah prinsip akhir dari penjelasan. Pada akhirnya, teori Formulir dimaksudkan untuk menjelaskan bagaimana seseorang datang untuk mengetahui dan juga bagaimana hal-hal yang telah datang untuk menjadi seperti mereka. Dalam bahasa filosofis, teori Plato tentang Bentuk adalah baik suatu epistemologis (teori pengetahuan) dan (teori menjadi) ontologis tesis.[12]
Teori Politik
Republik, pekerjaan utama politik Plato, berkaitan dengan pertanyaan tentang keadilan dan karena itu dengan pertanyaan “apa adalah negara hanya” dan “yang hanya individu?” Negara ideal, menurut Plato, adalah terdiri dari tiga kelas. Struktur ekonomi negara dijaga oleh kelas pedagang. Keamanan kebutuhan dipenuhi oleh kelas militer, dan kepemimpinan politik yang disediakan oleh filsuf-raja. kelas A orang tertentu adalah ditentukan oleh proses pendidikan yang dimulai sejak lahir dan hasil sampai orang yang telah mencapai tingkat maksimum pendidikan yang kompatibel dengan minat dan kemampuan. Mereka yang menyelesaikan seluruh proses pendidikan menjadi filsuf-raja. Mereka adalah orang-orang yang pikirannya telah begitu berkembang bahwa mereka dapat memahami Formulir dan, karena itu, untuk membuat keputusan yang paling bijaksana. Memang, sistem pendidikan yang ideal Plato terutama terstruktur sehingga menghasilkan filsuf-raja.[13]
Plato asosiasi kebajikan Yunani tradisional dengan struktur kelas negara ideal.Kesederhanaan adalah kebajikan yang unik dari kelas pengrajin, keberanian adalah kebajikan yang khas bagi kelas militer; dan kebijaksanaan ciri para penguasa.Keadilan, kebajikan keempat, ciri masyarakat secara keseluruhan. Negara hanya adalah satu di mana setiap kelas melakukan fungsi sendiri dengan baik tanpa melanggar kegiatan kelas-kelas lain. Plato membagi jiwa manusia menjadi tiga bagian: bagian rasional, akan, dan selera. Orang hanya merupakan satu di antaranya unsur rasional, didukung oleh kemauan, mengontrol selera. Sebuah analogi yang jelas ada di sini dengan struktur tiga kelas dari negara, di mana filsuf tercerahkan-raja, didukung oleh tentara, mengatur seluruh masyarakat.[14]
Teori Etika
teori etika Plato bertumpu pada asumsi bahwa kebajikan adalah pengetahuan dan dapat diajarkan, yang harus dipahami dalam hal teorinya tentang Bentuk.Sebagaimana ditunjukkan sebelumnya, Formulir utama untuk Plato adalah Formulir yang Baik, dan pengetahuan Formulir ini adalah sumber pedoman dalam pengambilan keputusan moral. Plato juga berpendapat bahwa untuk mengetahui yang baik adalah melakukan yang baik. Akibat wajar dari hal ini adalah bahwa siapa pun yang berperilaku tidak bermoral tidak begitu keluar dari kebodohan. Kesimpulan ini mengikuti keyakinan Plato bahwa orang yang bermoral adalah orang yang benar-benar bahagia, dan karena individu selalu menginginkan kebahagiaan mereka sendiri, mereka selalu ingin melakukan apa yang moral.[15]
Teori Seni
Plato memiliki pandangan dasarnya antagonis seni dan seniman, meskipun ia menyetujui jenis agama dan moralistik tertentu seni. Sekali lagi, pendekatannya terkait dengan teorinya tentang Bentuk. Bunga yang indah, misalnya, adalah salinan atau imitasi dari “flowerness” Bentuk universal dan “keindahan.” Bunga fisik adalah satu langkah dihapus dari kenyataan, yaitu Formulir. Sebuah gambar bunga Oleh karena itu, dua langkah dihapus dari realitas. Hal ini juga berarti bahwa artis adalah dua langkah dihapus dari pengetahuan, dan, memang, kritik sering Plato seniman adalah bahwa mereka tidak memiliki pengetahuan asli dari apa yang mereka lakukan. penciptaan Artistik, Plato diamati, tampaknya berakar pada semacam kegilaan terinspirasi.
pengaruh Plato sepanjang sejarah filsafat telah monumental. Ketika ia meninggal, Speusippus menjadi kepala Akademi. Sekolah ini terus ada sampai 529 Masehi, ketika ditutup oleh Justinian I kaisar Bizantium, yang keberatan dengan ajaran pagan tersebut. dampak Plato pada pemikiran Yahudi terlihat dalam karya Philo dari Aleksandria 1st-abad filsuf Judaeus. Neoplatonisme, didirikan oleh Plotinus filsuf abad ke-3, adalah perkembangan selanjutnya penting dari Platonisme. Para teolog Clement dari Alexandria, Origen, dan St Agustinus adalah eksponen Kristen awal perspektif Platonik. ide-ide Platonis memiliki peran penting dalam pengembangan teologi Kristen dan juga dalam pemikiran Islam abad pertengahan.[16]
Selama Renaisans, fokus utama pengaruh Platonik adalah Akademi Florence, didirikan pada abad ke-15 dekat Florence. Di bawah kepemimpinan Marsilio Ficino, anggota Akademi dipelajari Plato dalam bahasa Yunani asli. Di Inggris, Platonisme dihidupkan kembali pada abad ke-17 oleh Ralph Cudworth dan lain-lain yang menjadi dikenal sebagai Platonis Cambridge. pengaruh Plato telah diperpanjang sampai abad 20 oleh para pemikir seperti Alfred North Whitehead, yang pernah membayarnya upeti dengan menggambarkan sejarah filsafat sebagai hanya “serangkaian catatan kaki Plato.”[17]
2. Filosofi Aristoteles
Sama halnya dengan Plato, Aristoteles juga mengemukakan tentang adanya dua pengetahuan yaitu pengetahuan indwawi dan pengetahuan akali. Pengetahuan indrawi merupakan hasil tangkapan keadan kongkrik benda tertentu, pengetahuan akali merupakan hasil dari tangkapan hakikat jenis benda tertentu. Pengetahuan indrawi mengarah kepada ilmu pengetahuan. Namun ia sendiri bukan ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan hanya terdiri dari pengetahuan akali. Itu sebabnya menurut plato dan Aristoteles tidak mungkin terdapat ilmu pengetahuan mengenai hal-hal yang kongkrit, melaikan yang ada hanyalah ilmu pengetahuan mengenai hal-hal yang umum.[18]. Akal tidak mengandung idea-idea bawaan melaikan mengabstraksikan idea-idea yang dipunyainya. Yaitu bentukyang dipunyai benda-benda berdasarkan hasil tangkapan indrawi[19].
Bertentangan dengan Plato gurunya, Aristoteles berpendapat bahwa dunia yang sesungguhnya adalah dunia real, yaitu dunia nyata yang bermacam-macam, bersifat relative dan berubah-ubah. Dunia ide adalah dunia abstrak yang bersifat semu, terlepas dari pengalaman. Itulah sebabnya pandangan Aristoteles dikenal sebagai paham Realisme.[20] .
Selanjutnya Aristoteles di filosofinya pada persoalan kenal sebagai bapak metafisika. Dimana difokuskan filosofinya pada persoalan tentang sesuatu yang ada dibalik (sesudah) yang fisis, yang konkrit dan yang selalu berubah-ubah. Adapun teori Aristoteles yang dikenal anatara lain 10 (sepuluh) kategori teori” aktus “dan “potensia”  dan teori hule morfisme. Aristoteles berpandangan bahwa setiap hal yang ada pasti ada dalam 10 kategori. Dari 10 kategori itu disederhanakan menjadi 2 (dua) yaitu Substansia dan aksidensia. Aksidensia dibagi menjadi dua yaitu yang mutlak (kualitas dan kuantitas) dan yang relative (tujuh) kategori lainya. Kesepuluh kategori itu adalah:
  1. Ada dalam substansi artinya setiap hal pasti berada di dalam dirinya sendiri, bukan yang lain, Sokrates, misalnya mutlak tetap berada didalam dirinya sendiri bukan dalam diri yang lain.
  2. Ada dalam kualitas artinya setiap hal pasti berada didalam kualitas sendiri, bukan yang lain, sokrates misalnya, tetap secara mutlak berada dalam sifatnya sebagai manusia, bukan binatang.
  3. Ada dalam kuantitas artinya setiap hal pasti berada didalam bentuknya sendiri, bukan yang lain, sokrates, misalnya, secara mutlak tetap dalam bentuk sebagai manusia, bukan berbentuk binatang.
  4. Ada dalam relasi, artinya setiap hal pasti berada didalam hubungannya dengan yang lain, sokrates misalnya selalu berada dalam hubungannya dengan keluarga dan murid-murid dan sebagainya.
  5. Ada dalam aksi artinya dalam hubungan dengan yang lain setiap hal pasti memainkan suatu peran. Terhadap keluargganya, sokrates, misalnya berperan sebagai kepala dan kepada murid-muridnya berperan sebagai guru.
  6. Ada dalam pasti, Artinya, setiap hal pasti menanggung derita atas aksi atau tindakan yang  diperankan. Contoh sokrates, misalnya harus mempertanggungjawabkan perannya baik sebagai kepala rumah tangga maupun perannya sebagai guru.
  7. Ada dalam space artinya setiap hal dalam eksistensinya pasti terikat dalam ruang atau tempat tertentu. Dalam melakukan seluruh kegiatan rumah tangganya. Sokrates pasti melakukan di dalam rumahnya sendiri.
  8. Ada dalam tempo artinya setiap hal dalam eksistensinya pasti terikat dalam waktu tertentu. Dalam melakukan seluruh kegiatan kehidupan keluargga, sokrates mengatur jadwal yang teratur.
  9. Ada dalam situs artinya setiap hal dalam eksistensinya pasti terikat dalam keadaan tertentu, dalam melakukan seluruh kegiatannya, sokrates tidak bias terbebas dari keadaan  dirinya dan situasi lingkungan alam.
10. Ada dalam habitus artinya dalam eksistensinya setiap hal pasti terikat dalam kebiasaannya sendiri. Dalam melakukan seluruh kegiatannya, sokrates tidak bias melepaskan diri dari kebiasaanya sendiri misalnya, kebiasaan berdialog dalam perkuliahan.
Sehubungan dengan sepuluh kategori tersebut, Aristoteles juga dikenal dengan teori “Aktus potensinya. Aktus adalah dasar kesengguhan dan potensi adalah dasar perbuatan. Karena aktusnya maka hal sesuatu adalah dirinya sendiri. Disamping itu juga dikenal dengan teori Hule – morfisme-nya. Hule adalah materi dasar, sedangkan morfe adalah bentuknya. Dengan hule-nya sesuatu itu tetap tidak mengalami perubahan, dan morfe-nya sesuatu itu mengalami perubahan[21]
Pemikiran Aristoteles tentang filsafat bahasa tidak bias dipisahkan dengan logika yang dalam karyanya disebut “arganon, secara luas dikenal dengan istila logika tradisonal dalam organ Aristoteles menjelaskan bahwa logika tradisonal itu meliputi pengertian dan penggolongan artian, keterangan, batasan, susunan fikir, penyimpulan langsung dan sesat pikir (liang Gie 1975:21 dalam[22]). Dari sepuluh kategori  subtansilah yang menjadi pokok, yang lain merupakan penyebut dan penentu. Suatu pertimbangan benar bila isi pertimbangan itu sepadan dengan keadaan yang nyata, atau pada pertimbangan negative bila pemisahan pada isi pernyataan sama dengan pemisahan pada keadaan yang nyata.[23]
Gagasan Aristoteles tentang ketertautan antara filsafat dengan ilmu-ilmu lainnya belum terkelupas dengan sempurna, karena ia harus menghadap pangilan dewa dalam kehidupan rasional dan mistik. Ia terlebih dahulu meninggal dunia sebelum cita-cita filosofinya terungkap dengan maksimal. Hal yang dapat diungkapkan dari ucapan-ucapan aristoteles, meskipun sepintas, pada dasarnya, semua buah pikiran manusia adalah praktika atau poitika atau teoritika. Pratika, apabila ia berhubunhan dengan sikap manusia atau behavioristik, politika apabila ia berhubungan dengan bangunan estetika dan keindahan kata, teoritika jika menyelidiki adanya yang nyata. Aristoteles membangun tiga pendekatan tersebut melalui Akademia. Menurut pembagian itu, filsafat teoritika adalah fisika yang mengupas segala sesuatu yang berubah-ubah dan yang tidak terpisah, sebagaimana matematik mengupas yang tidak berubah-ubah, yang tidak terpisah. Adapun metafisika atau teologi mengupas yang tidak berubah-ubah yang dapat dipisah.Filsafat tentang etika adalah bagian ekonomi politik yang mengupas sikap, prilaku manusia dalam keluarga dan Negara. Fisafat politik mewujudkan pembagunan teknik dan seni mengatur dan mengelolah pemerintahan atau bangsa dan Negara.[24]
Menurut Aristoteles realitas yang objektif tidak saja tertangkap dengan pengertian, tetapi juga bertepatan dengan dasar-dasar metafisika dan logika yang tertinggi. Dasar itu terdiri dari:
  1. 1. Semua yang benar harus sesuai dengan adanya sendiri, tidak mungkin ada kebenaran kalau didalamnya ada pertentangan. Ini dikenal dengan hukum identika
  2. 2. Dari dua pertanyaan tentang sesuatu , jika yang satu membenarkan dan yang lain menyalahkan, hanya satu yang benar. Ini disebut hukum Penyangkalan (kontradikta) inilah yang terpenting  menurut  Aristoteles dari segala prinsip.
  3. 3. Antara kedua pernyataan yang bertentangan mengiyakan dan meniadakan, tidak mungkin ada pernyataan ketiga. Dasar ini disebut hukum Penyingkiran
Aristoteles berpendapat bahwa ketiga hukum itu tidak saja berlaku bagi jalan pikiran, tetapi juga seluruh alam takluk kepadanya. Ini menunjukan bahwa hal membandingkan dan menarik kesimpulan harus mengutamakan yang umum. (Ahmad Syadali, 2004 : 124 dalam[25]
Aristoteles  dikenal juga sebagai Filsuf realis, dan sumbangannya kepada perkembangan ilmu pengetahuan besar sekali. Sumbangan yang sampai sekarang masih digunakan dalam ilmu pengetahuan adalah menganai abstraksi, yakni aktivitas rasional dimana seseorang memperoleh pengetahuan, menurut Aristoteles ada tiga macam abstraksi yaitu:
  1. Abstraksi fisis
  2. Abstraksi matematis
  3. Abstraksi metafisis
Tahap pertama Abstraksi fisika/fisis dimanaa kita mulai berfikir kalau kita mengamati sesuatu keheranan, kesangsian dan kesadaran akan keterbatasan baru dapat timbul kalau sesuatu diamati lebih dahulu.
Tahap kedua matematis, kita masih dapat melepaskan, mengabstraksi lebih banyak lagi kita dapat melepaskan materi yang kelihatan dari semua perubahan itu. Itu terjadi kalau akal budi melepaskan dari materi hanya segi yang dapat dimengerti seperti menghitung dan mengukur.
Tahap ketiga teologi akhirnya kita dapat mengabstraksi dari semua materi, baik materi yang dapat diamati, maupun  materi yang dapat diketahui, kalau kita berpikir tentang keseluruhan kenyataan, tentang asal dan tujuannya, tentang jiwa manusia tentang kenyataan yang paling luhur, tentang tuhan, lalu tidak hanya bidang fisika, melainkan juga bidang metafisis yang ditinggalkan.[26]
Abstraksi yang ingin menangkap pengertian dengan membuang unsur-unsur individual untuk mencapai kualitas adalah abstraksi fisis. Sedangkan abstraksi dimana subjek menangkap unsur kuantitatif dengan menyingkirkan unsure kualitatif disebut abstraksi matematis. Abstraksi dimana seseorang menangkap unsur-unsur yang hakiki dengan mengkesampingkan unsur-unsur lain disebut abstraksi metafisis.[27]

Minggu, 27 Februari 2011

Orang Bijaksana Mencari Kesalahan Diri Sendiri

Ketika diantara dua orang terjadi konflik, apakah harus mencari kesalahan dan kelemahan orang lain atau mengintropeksi diri sendiri? dari kedua cara penyelesaian dapat jelas terlihat jiwa seseorang. Pepatah mengatakan : bertepuk sebelah tangan tidak akan berbunyi. Konflik dan pertikaian didunia ini bukan disebabkan karena kurangnya etika sepihak, tetapi kedua pihak yang bertikai harus mengintropeksi diri sendiri. Oleh sebab itu, ketika terjadi konflik dan pertikaian memilih cara mengintropeksi diri atau menyalahkan orang lain dapat menentukan keputusan akhir yang dicapai.

Dalam ulasan Confucius juga dipaparkan masalah mengintropeksi diri atau menyalahkan orang lain: “Disiplin terhadap diri sendiri, lapang dada terhadap orang lain”, jika orang tersebut dapat menjaga ketat kelakuannya dan memaafkan perbuatan orang lain, maka orang tersebut akan terhindar dari kebencian dan konflik dengan orang lain. Perbedaan antara orang yang bijaksana dengan orang biasa adalah dengan hati yang mencari kesalahan orang lain mencari kesalahan diri sendiri, dengan sifat memaafkan diri sendiri memaafkan orang lain. Dimulai dari pejabat negara sampai rakyat jelata, ketika terjadi konflik jika kedua belah pihak dapat mengintropeksi diri sendiri, semua konflik dapat diselesaikan dengan mudah. Tetapi jika hanya dapat menyalahkan pihak lain dan tidak dapat mengintropeksi diri sendiri, maka akan timbul kebencian dan konflik makin parah, yang akan menyebabkan kehancuran hubungan yang tidak dapat diperbaiki lagi.

Banyak malapetaka yang terjadi didunia ini adalah disebabkan oleh karena pada saat terjadi kesalah pahaman kedua pihak tidak dapat mengintropeksi diri dan tidak menyadari kesalahan sendiri, hanya bisa saling menyalahkan dan menyerang  orang lain. Seseorang jika dapat selalu mencari kekurangan diri sendiri, selalu memikirkan orang lain, kebanyakan dapat terhindar dari pertengkaran dan kesalah pahaman, dapat menjalani kehidupan yang tenang, dengan hati yang damai terhadap diri sendiri, terhadap orang lain, terhadap kelompok dan masyarakat luas akan menciptakan sebuah lingkungan kehidupan yang damai dan bahagia.

Dahulu kala sejarahwan berkata, selama 5000 tahun China terkenal kebudayaan dan etiketnya. Tetapi selama 60 tahun terakhir ini dalam pemerintahan komunis yang bobrok dan pencuci otak terhadap rakyatnya, membuat China yang terkenal dengan kebudayaan dewata lenyap. Pada era tahun 80-an di Harbin ketika itu ada sebuah kejadian seorang lelaki paruh baya didalam desakan bis tak sengaja menyenggol seorang pemuda, pemuda ini segera memaki :”Matalu dimana?”mendengar perkataan pemuda ini lelaki paruh baya sangat marah, kemudian mereka berdua berantem, sampai keduanya babak belur, setelah kedatangan polisi perkelahian tersebut baru dapat dilerai. Pada akhir tahun 2005, di bus umum No 726 yang berada di Beijing, karena masalah karcis kernet bus bertengkar dengan seorang gadis yang berumur 14 tahunan, karena kedua belah pihak tidak mau mengalah dan saling berkata kasar,  karena tersinggung, kernet bus dengan ganas memukul gadis ini sampai pingsan, karena luka terlalu parah tidak dapat ditolong akhirnya gadis tersebut tewas. Tetapiada juga kejadian ketika didalam desakan bus, jika seseorang dengan tidak sengaja menyenggol orang lain,orang yang tersenggol tidak akan marah, malah kedua pihak akan saling berkata :”Maaf.”

Dari kejadian tersebut dapat dilihat, selalu menyalahkan dan memarahi orang lain adalah sebuah kejadian yang menyembunyikan kesalahan, melemparkan tanggung jawab diri sendiri, malah dapat menyebabkan konflik dan pertengkaran dengan orang lain.

Ketika antara manusia terjadi kesalahanpahaman dan konflik, hanya dengan cara intropeksi mencari kesalahan diri sendiri yang dapat menyelesaikan konflik menjadi damai, yang dapat membuat orang mempunyai hati tulus terhadap orang lain.

Oleh sebab orang bijaksana mencari kesalahan diri sendiri sedangkan orang picik mencari kesalahan orang lain. Orang bijak mengintropeksi diri sendiri, orang picik selalu menyalahkan dan tidak puas terhadap orang lain, melemparkan kesalahan pada pihak lain. Seorang bijaksana, jika dia dapat setiap saat mencari kekurangan diri sendiri dan tidak menyalahkan orang lain, dia sudah termasuk setengah dewa.

Keadilan

Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang. Menurut sebagian besar teori, keadilan memiliki tingkat kepentingan yang besar. John Rawls, filsuf Amerika Serikat yang dianggap salah satu filsuf politik terkemuka abad ke-20, menyatakan bahwa "Keadilan adalah kelebihan (virtue) pertama dari institusi sosial, sebagaimana halnya kebenaran pada sistem pemikiran" [1]. Tapi, menurut kebanyakan teori juga, keadilan belum lagi tercapai: "Kita tidak hidup di dunia yang adil" [2]. Kebanyakan orang percaya bahwa ketidakadilan harus dilawan dan dihukum, dan banyak gerakan sosial dan politis di seluruh dunia yang berjuang menegakkan keadilan. Tapi, banyaknya jumlah dan variasi teori keadilan memberikan pemikiran bahwa tidak jelas apa yang dituntut dari keadilan dan realita ketidakadilan, karena definisi apakah keadilan itu sendiri tidak jelas. keadilan intinya adalah meletakkan segala sesuatunya pada tempatnya

Selasa, 22 Februari 2011

Hikmah Maulid, Jadilah Pemimpin Yang Jujur dan Bertanggung Jawab

Disetiap kita mengingat sosok Nabi Besar Muhammad SAW terutama di saat peringatan Maulid setiap tahun dimana sering deceritakan ulang tentang latar belakang beliau serta perjalanan hidup juga kesehariannya. Disaat itu pula kita menjadi semakin rindu dengan sosok beliau, apalagi ditengah kedangkalan akhlak serta budi pekerti yang merosot saat ini, kita sangat merindukan sosok pemimpin sebagaimana sosok bijaksana dari Nabi Muhammad.
Salah satu sikap mulia yang lekat dengan pribadi Nabi Muhammad adalah kejujuran dan tanggung jawab. Berkat dua hal itulah, Muhammad diganjar dengan julukan Al Amin oleh masyarakat setempat, baik pengikutnya maupun yang memusuhinya. Selain bakat kepemimpinan yang menonjol, sejak belia Nabi sudah terlibat gerakan moral Hilful Fudul atau sumpah keutamaan. Itulah gerakan demi membela keadilan dan kebenaran kepada siapa pun.
Jujur, berani menanggung risiko, dan bertanggung jawab itulah warisan mulia kepemimpinan Nabi yang mestinya ditauladani para pemimpin dan elite kita. Faktanya, amat susah menemukan elite kiita bersikap dan berperilaku mencontoh Nabi. Menemukan kejujuran saja misalnya, sudah sesulit mencari jarum dalam tumpukan jerami. Padahal, kejujuran saja belum cukup untuk menjadi modal bagi pemimpin.
Fakta sulitnya menemukan kejujuran itu berbanding terbalik dengan anjuran meneladani sikap dan perbuatan Nabi. Di mimbar-mimbar maupun dalam teks-teks tulisan, hampir saban waktu kita mendengar para pemimpin dan penganjur mengajak kita mencontoh sikap dan perilaku Muhammad.
Akan tetapi yang kita jumpai hari-hari ini justru kian lekatnya hipokrisi atas fakta yang sudah telanjang. Soal pro dan kontra penyebutan nama dalam pandangan akhir Pansus Angket Bank Century, misalnya, menunjukkan bahwa kejujuran masih terus dikalahkan oleh kepentingan sempit yang bersifat jangka pendek.
Mengapa sekadar menyebut nama yang dalam pokok perkara sudah terang-benderang dinyatakan bermasalah mesti diperdebatkan? Bukankah kalau ada kesalahan mesti ada nama yang bertanggung jawab? Menjadi pemimpin yang menempatkan Nabi Muhammad sebagai teladan mestinya berani mengambil risiko dan bertanggung jawab. Bukan sebaliknya, buang badan dan melemparkan tanggung jawab itu kepada anak buah. Bukan pula pemimpin yang gemar menyebut orang lain telah memfitnah, padahal yang hendak disuarakan oleh orang itu adalah kebenaran.
Maulid Nabi bukan sekadar peringatan untuk seruan. Maulid Nabi juga merupakan momentum untuk merenung dan mulai berbuat sesuai apa yang diajarkan dan diperbuat oleh Nabi. Untuk para pemimpin di negeri ini, Maulid Nabi mestinya menggerakkan mereka untuk jujur, berani mengambil risiko, dan bertanggung jawab.
(Saduran dari Editorial Media Indonesia)

I Love You "Umi"

Aku sayang padamu hingga menembus batas

aku sayang padamu
lebih dari cintanya Ibrahim kepada Ismail
Tapi aku tidak akan pernah menyakitimu
segores rambutpun

aku menyayangimu tiada mengenal waktu
siang malam sore pagi nafasku adalah dirimu

aku tidak pernah lelah menasehatimu
untuk tetap menjadi setia padaku

dirimu adalah diriku
sakitmu adalah sakitku
bahagiamu adalah bahagiaku
dukamu asdalah dukaku
cintamu adalah cintaku
kematianmu adalah kematianku

masih tak percayakah?
masih ragukah
masih egoiskah

trus aku harus bagaimana

Aby..

Gila, Depresi, Kecewa atau Cari Muka?

Proses penjatuhan harga diri atau biasa dikatakan pembunuhan karakter saat ini marak terjadi di negeri ini. mulai dari ranah politik, sosial, budaya bahkan komunitas tertentu. akibatnya banyak pribadi merasa terkekang dan terhambat proses perkembangannya baik sosialisasi maupun aktifitasnya.

Perebutan kekuasaan, kehormatan bahkan sampai soal lainnya. pelakunya sering berpenampilan intelek, mewah kadang juga berkedudukan.

kata - kata manis sering dilontarkan untuk meyakinkan agar bisa merubah image positif menjadi negatif. tidak peduli siapa dan bagaimana kondisinya modus ini dilakukan

sebenarnya bergantung pada manusianya, mau berfikir atau tidak dalam menyikapi mahkluq seperti ini.